2.20.2009

Tentang Mentari


Oaahemm.....mentari menguap di balik cakrawala. Mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih mengantuk, perlahan. Mengintip sedikit demi sedikit. Lalu dikibas-kibaskannya cahaya keemasan kebanggaannya ke seluruh penjuru semesta. Pancarkan terang di gelap alam. Membagi hangat di jiwa-jiwa beku kedinginan.


Mentari itu merupakan pertanda bahwa hari berganti pagi. Terjadi perubahan dari malam menuju siang, dari gelap ke terang.
Barangkali kau telah bosan mendengar cerita tentangnya sebab orang-orang sering menceritakannya kepadamu. Sedikit kisah ini adalah versiku. Sebuah alasan kenapa akhirnya aku jadi suka mengamati pergerakan bola langit tersebut. Cerita ini juga untuk mengingatkan kepada kita, terutama untuk diriku sendiri, agar senantiasa berbuat seperti yang selalu ia lakukan.
Ketika pagi menjelang, mentari akan muncul di ufuk timur. Setelah ia melaksanakan sholat subuh yang tentu saja dengan caranya sendiri, bersama malaikat-malaikat.
Dari timur, ia akan bergerak perlahan menuju arah barat. Menerangi dan menghangatkan semesta detik demi detik, jam demi jam. Kegiatan ini rutin ia kerjakan tanpa mengeluh.
Tak seperti rembulan yang bersahabat dengan gemintang, mentari tak punya teman dekat. Benar-benar sendirian dan sepi. Lalu apakah kemudian ia marah dan tak mau muncul lagi di angkasa raya ? TIDAK ! Mentari tak seperti itu.
Ia selalu hangat oleh sinarnya sendiri. Tak peduli hanya berteman sepi. Ia selalu bahagia ketika alam merasa nyaman dibuatnya. Lihat saja senyum rekahnya. Dan ia tak pernah meminta imbalan apapun atas pancarannya sendiri. Bahkan merasa telah cukup hanya dengan melihat hari menjadi terang. Pastilah ia ahu bahwa yang dikerjakannya, apapun itu, jika dengan niat yang ikhlas, akan mendapat imbalan tersendiri. Sang Kekasihlah yang akan memberikan balasan untuk setiap kebajikan dan ibadah yang dilakukannya. Tentu saja jumlahnya jauh lebih besar dari yang telah ia berikan pada makhluk lain.
Pelajaran dari mentari ini sangat berkesan bukan? Terlebih buatku. Seakan ia memberi contoh bahwa kebahagiaan bisa kita peroleh dengan mudah. Semuanya berpangkal dari dalam diri sendiri Bukan mondar-mandir di luaran, mencarinya di balik awan. Kebahagiaan itu akan datang ketika segala tindakan kita niatkan dengan ikhlas, semata untukNya.
Mentari mengajarkan kepada kita untuk selalu membahagiakan orang lain. Intinya menjadikan diri kita lebih berguna bagi sesama. Rupanya ia berpegang teguh pada salah satu hadist Rasululloh yang menyatakan bahwa sebaik-baik manusia adalah ia yang paling berguna untuk orang lain.
Dan seperti yang mentari lakukan, kegiatan menyenangkan hati sesama tadi dikerjakan secara kontinyu dan tanpa mengeluh. Ingat : Tanpa Mengeluh Sedikitpun!
Kemudian kucoba mengimplementasikan kuliah alam dari mentari ini dalam kehidupan. Mencoba menjadi mentari kecil di muka bumi yang siap membagi sinarnya yang juga tak seberapa supaya bisa melihat mentari kecil lainnya di maya pada.
Mau ikut mencoba?

Tulisan lain:



3 komentar:

  1. mau mau mau :-)
    mbak. sekarang aku jadi kurang suka nulis kenapa yah? bosan gitu??! lagi suka desain nih sekarang. apa karena ada duitnya ya? (hehe) tapi kalo ngeliat tulisan-tulisane mba tri jadi pengen nulis lagi. tai cuma pengen. hik hik hik.

    BalasHapus
  2. Lembayung sutra mulai menyibak angkasa, menampakkan jati dirinya. Hangat terasa oleh sipa saja yang merasa.

    OK...
    Ku gapai sinarmu yg merona....
    Jangan dulu balik ke paraduan..

    sinarmu ditunggu jutaan ikan,tumbuhan dan insan
    weleh weleh .. koyok diktri aja .. blajar ah.. trim trus runing..

    BalasHapus
  3. yo nulis ae to han
    bikin blog lek g ono sing gelem nerbitne. hehehe

    BalasHapus