Ada satu hal yang sering kulakukan ketika melintasi jalan Waturenggong. Kebanyakan orang yang lewat tak pernah memperhatikannya karena harus memusatkan konsentrasi pada padatnya lalu lintas di jalan tersebut.
Satu hal atau sebutlah ‘sesuatu’ yang seringkali mengusikku. Barangkali biasa saja menurut orang lain. Tapi biarlah, aku bisa memahami apa yang mereka pikirkan. Setiap kepala punya otak masing-masing dan setiap pribadi memiliki pemikiran sendiri-sendiri bukan?
Berdiri kokoh. Menjulang tinggi sebuah pohon besar. Sepertinya pohon beringin (tapi aku tak yakin). Menaungi areal pekuburan saudara kita, penganut agama Hindu. Tanah dan jalanan di bawahnya menjadi teduh dalam naungannya setiap kali sang surya menyengat ganas. Jika malam tiba, suasananya agak sedikit menyeramkan karena pengaruh areal sekitarnya.
Tapi bukan itu semua yang menarik perhatianku melainkan wujudnya ketika kudongakkan kepala. Pohon itu tampak menawan. Kulihat pucuk-pucuknya yang menghijau tatkala musim penghujan tiba. Juga ujung dahan yang meranggas saat kemarau menyapa.
Ia semakin rupawan ketika berpadu dengan birunya langit, lengkap dengan awan cemerlang. Pun kian mempesona tatkala mendung dan hujan menghiasi langitnya. Pohon itu seakan bicara sesuatu padaku. Tentang kekuatan yang harus dipertahankan hingga senantiasa bisa bersatu dengan semilir angin serta mampu berdiri tegak, kokoh saat badai menghantam.
Setiap kali kutatap ujung-ujungnya di atap langit, ada getar kekuatan yang mulai melingkupiku. Mengajakku terus bertahan saat kudapati penghalang, membuatku kembali bangkit meski harus memulai segala sesuatunya dari nol serta merangkak tertatih-tatih hingga aku bisa berjalan dan berlari seperti sedia kala.
Dan ketika kutatap keberadaannya berpadu dengan langit, ada damai menyeruak. Membuncah di dada, serasa mau pecah. Mereka bicara tentang keluasan hati. Hidup selalu bergolak, kadangkala membuat pening kepala. Namun masih bisa dihadapi dengan lapang dada bukan?
(Lebai banget nggak sih tulisanku?? Qqq)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar