Kulihat lelaki kecil itu tak sedang menjajakan dagangannya. Ia berdiri termangu di pinggir jalan. Segebok surat kabar harian di tangan kirinya. Tatap matanya kosong. Ada gurat letih di wajahnya yang hitam terbakar matahari. Padahal hari belum beranjak tua.
Kuperhatikan ada yang aneh dari lelaki kecil penjaja Koran itu. Matanya sayu seakan menahan rasa sakit yang teramat sangat. Membuatku bertanya-tanya. Benar sakitkah ia? Sakit apa kira-kira?
Lantas pikiranku memasuki zona tak beraturan. Teringat tentang beribu cerita yang banyak menyertai liku-liku hidup anak jalanan. Himpitan kemiskinan, kebodohan, criminal, narkotika, kasus pelecehan seksual dan kisah-kisah aneh lainnya. Dan pikiran burukku langsung melesat ke arah yang tak kuinginkan. Jangan-jangan…lelaki kecil itu salah satu korban pelecehan seksual.. Sodomi? Pedophilia?
Duh..semoga saja pikiran kotorku tak sesuai kenyataan yang dihadapi lelaki kecil tadi. Kuharap ia memiliki kehidupan yang jauh lebih baik, suatu saat nanti. Tak lagi merasakan derita sebagai anak jalanan.
Hhh…kulihat lelaki kecil itu siang tadi. Umurnya mungkin sekitar empat belas tahun. Usia yang sama ketika kuhabiskan waktu melahap berbagai buku dan pengetahuan di bangku sekolah. Usia yang sama pula saat aku bisa bermanja-manja pada kedua orang tuaku dan tak harus berpikir keras bagaimana cara bertahan hidup hari ini dan esok.
Tak sengaja kulihat lelaki kecil penjaja Koran itu siang tadi dan aku bisa bersyukur bahwa aku tak harus menjalani etape hidup sepertinya, masih bisa makan dua sampai tiga kali sehari, dan masih memiliki orang-orang yang senantiasa mendukungku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar